Sunday, August 8, 2010

Shanghai

- City of Noir-istic Love and Blood -
Paul Soames (John Cusack) adalah agen intel amerika yang tidak berpihak pada jepang dan cina circa perang dunia kedua. Posisinya yang netrak terguncang sudah saat sang sahabat Connor (Jeffrey Dean Morgan) dibunuh. Misteri pembunuhannya rupanya menjadi lebih runyam dimana Connor terlibat terlalu jauh dalam penyelidikannya terhadap Anthony Lan-Ting (Chow Yun Fat) boss gangster Shanghai yang sangat tersohor. Konspirasinya dengan Jepang melalui Kapten Tanaka (Ken Watanabe) terancam hancur setelah tindakan resistance dari warga asli shanghai sendiri yang semakin menjadi-jadi. Dalam penyelidikannya, Paul Soames mendapat bantuan dari Ana (Gong Li), istri Anthony yang memiliki rahasia kelamnya sendiri. Semua penyelidikannya menunjuk satu titik berat, dimana ia harus menemukan Mitsuko (Rinko Kikuchi), mantan mata-mata jepang yang jatuh cinta terhadap Connor dan belum lama ini menghilang, sebelum terlambat.
Di tengah-tengah kerunyaman masalah FPI yang jelas-jelas melecehkan agama lain, saya memilih untuk menghibur diri dengan menulis review film yang bisa dibilang lumayan asik ini. Shanghai adalah sebuah film thriller drama dengan sedikit bumbu romance dan sisi noir yang amat ketara. Pengambilan gambarnya yang artistik, sendu dan gelap membuat kita gampang tertarik dan terbawa masuk ke dalam suasana shanghai tahun 1941. Hujan yang selalu turun menambah suasana kelam yang menjadi latar belakang cerita yang tidak kalah suram ini. Kisahnya sendiri lumayan seru, meskipun misteri siapa yang membunuh Connor sampai akhirnya, tidak pernah benar-benar engaging. Entah apa yang kurang dari core ceritanya, tetapi ada aspek-aspek lain di film ini yang membuat saya enjoy. Namun yang pasti, hal itu bukanlah misteri inti ceritanya sendiri.
Mungkin bisa dibilang aneh. Kok bisa enjoy nonton sebuah film padahal tidak begitu tertarik mengikuti misterinya? Tetapi itulah yang terjadi. Aspek pertama yang membuat saya benar-benar enjoy adalah permainan apik dari John Cusack dan Gong Li. Cusack dengan gayanya yang serius dan kesepian begitu meyakinkan dan Gong Li benar-benar memukau. Gong Li bermain jauh lebih baik dari di Memoirs of Geisha (di film itu pelafalan inggrisnya masih sedikit kaku, disini bisa dibilang lumayan lancar). Karismanya sebagai "dragon lady", dilengkapi mimik wajahnya yang keras, cool, dan rupawan membuatnya menjadi karakter yang paling menonjol sepanjang film ini. Thumbs up buat para stylist yang mendadaninya karena dia tampil amat sangat menarik!
Ken Watanabe juga bermain tidak kalah baik dan membuktikan dirinya sebagai salah satu ekspor dari asia yang harus, harus diperhitungkan. Kudos juga diberikan kepada pembuat setting tempat yang benar-benar terasa authentic dan real. Kostumnya juga bisa dibilang oke dan iringan musiknya juga top notch punya. Yang sedikit disayangkan adalah peran Rinko Kikuchi yang amat sangat underused (meskipun performa singkatnya juga sangat heart breaking dan mengagumkan.) Terlebih lagi Chow Yun Fat yang benar-benar tenggelam di antara Cusack-Li-Watanabe, sungguh sebuah dosa besar! Meskipun begitu, film ini masih bisa dibilang sangat watchable, meskipun bisa lebih baik dari segi ceritanya sendiri.

Verdict : 7/10

No comments:

Post a Comment